July 7, 2008

tak bisa menulis dan cepat bosan membaca

Sepertinya saya selalu lebih condong mempunyai minat lebih besar terhadap gambar - imaji - lukisan - patung - film atau apa saja yang tidak melalui bentuk kata-kata tertulis. Minat sih ada (besar sekali) untuk menulis atau membaca. Tapi bosannya itu loh, lebih cepat datang daripada misal mengambil kamera dan mencari subjek atau bikin sketsa awut-awutan.

Ada beberapa waktu saya suka nongkrong di depan monitor komputer, menulis sekenanya. Gak penting juga sih, cuma lagi ingin saja. Itu juga tidak terhitung sebagai puisi, karena saya bukan puisiwati (inilah saya, punya kecenderungan menciptakan terminologi sendiri). Atau tiba-tiba menulis satu dua kalimat di buku coret-moret jurnal. Tapi ya segitu saja. Sekedar curhat.

Bulan lalu, saya tiba-tiba mengambil keputusan untuk "mendalami" hal perihal puisi. Itu juga bukan mendalami sih, lebih tepatnya mencemplungkan diri ke kolam besar penuh ikan-ikan yang rasanya menarik. Salah satu teman kantor saya mengenalkan saya ke salah satu oknum yang notabene aktif di perkancahan sastra Indonesia (bukan begitu mas Dedy?). Mas oknum ini bersama teman-temannya mengadakan apa yang dikenal Malam Reboan, malam sosialisasi (itu term saya loh) para puisiwan-puisiwati dan prosawan-prosawati. Suatu ketika, saya melihat status Yahoo Messenger Mas oknum berubah menjadi "berminat membaca puisi?" (atau semacam itulah, saya lupa!). Saya yang mudah penasaran (kecuali dengan hantu dan teman-temannya) langsung bertanya perihal statusnya itu. Pendeknya, tiba-tiba saya mendapati diri saya HARUS membaca puisi di Malam Reboan. Dan alangkah lebih baiknya bila itu puisi sendiri. Halah!

Jadilah saya membaca puisi, ciptaan sendiri, yang jujur katro dibanding semua pembaca puisi Malam Reboan kala itu. Dan itu membuat saya berpikir. Betapa sulitnya bagi saya untuk berbicara dalam bentuk tulisan ketimbang dalam bentuk gambar atau imaji. Apalagi puisi yang berbicara bagi semua orang. Sekelas C. Anwar (saya cuma tahu satu dua karya beliau, tapi siapa sih di Indonesia ini yang tidak tahu dia? Dan Krawang Bekasi-nya?)

Seseorang pernah berkata pada saya, menulislah untuk dan dari halayak banyak. Secara tersirat, ia menginginkan saya bisa menulis sesuatu yang bisa menjadi inspirasi banyak orang. Bukan sekedar numpang curhat. Yang saya akui dan rasai, semua tulisan penting-gak penting saya yang bertebaran di komputer rumah, flash disk, dan buku adalah cuma curhatan belaka. Terlalu "lokal" dan tidak bisa diserap semua orang.

Membaca juga begitu ceritanya. Hanya satu - dua buku yang membuat saya terpincut dan merasa harus menyelesaikannya. Dulu waktu masih sekolah, semua buku yang pernah saya baca rata-rata selalu sampai halaman terakhir. Mungkin karena masih dibangku sekolah, ingetnya ajaran guru dan dosen yang selalu bilang "baca dulu sampai habis, baru bicara!" Sayangnya kebiasaan itu menghilang karena tiba-tiba bisa bilang ke diri sendiri "hey I got the point already - now stop bored me!". Walau seringnya merasa berdosa karena ingat kata guru dan dosen dulu.

Masih ada banyak buku di kamar saya yang semuanya belum selesai dibaca. Belum lagi daftar buku yang saya ingin baca dan punyai. Wuih, kalau ingat itu, jadinya mau tidur saja. Atau lari ke kamera pinjeman untuk mencari subjek sendiri. Atau menonton film dan mereviewnya sendiri (lagi-lagi untuk diri sendiri, kapan bisa memberi inspirasinya kalau yang diberi makan cuma sendiri dan teman dekat?).

Intinya, saya merasa saya tidak bisa menulis. Dan cepat bosan membaca. Bagi saya ini tentu saja bukan perihal yang sehat. Karena untuk menjadi manusia yang bijak, kita harus bisa belajar dari banyak hal. Dan bisa menjadi inspirasi bagi yang lain, membuka gerbang ide untuk semua orang. Jadi alangkah lebih baik bila saya bisa melihat dunia ini dari 1000 sudut, termasuk sudut yang sulit dijangkau. Dan sudut yang sulit dijangkau bagi saya sekarang ini adalah menulis dan membaca. Menulis bukan atas dasar cuhatan belaka, dan membaca untuk mendidik diri sendiri. Hum...mari bantu didik saya!
© frettyaulia, 07.07.08

2 c o m m e n t s:

Anonymous said...

Saya paling iri sama orang2 yang begitu piawai menulis, kadang mikir apa yang ada di kepala mereka sampai bisa menulis hal seperti itu.
Saya selalu ingin punya waktu yang berlimpah untuk bisa menyelesaikan tumpukan buku saya, tapi apa daya badan udah bekerja sesuai umurnya, seringnya waktu luang dipake tidur.
saya percaya menulis dan membaca adalah sumber segala pengetahuan, tapi menulis untuk diri sendiri pun kadang bisa jadi ilmu buat orang lain - walaupun kita pikir tulisan itu busuk minta ampun.
once i told that penulis itu harus jujur pada dirinya sendiri. above all, saya menulis kalo lagi pengen. kalo lagi nggak ya baca, atau tidur, atau makan.
intinya; nulis, baca, nonton, makan, tidur, shopping, traveling, pacaran, kerja - i'm doing it to live my life, try to enjoy it. u can be an inspiration to others in million ways. u'll never know.

Anonymous said...

haduh bu...aku terharu...