March 26, 2008

[...]

i hope this is the last.
no more ends.

March 25, 2008

ini karma apa bukan ya?

Waduh. Ada cerita yang mungkin menarik buat saya bagi di blog ini. Saya mau berbagi sesuatu yang berhubungan dengan karma. Saya tidak tahu apa itu arti karma. Yang saya mengerti selama ini pengertian soal karma adalah what you throw is what you gonna get. Jadi kalau saya melempar batu ke seseorang, yah suatu hari nanti ada seseorang yang akan melempar batu itu kembali. Atau kalau saya dilempar batu, pasti suatu hari nanti orang yang melempar batu akan dilempari batu yang sama. Kira-kira seperti itulah konsep saya soal karma. Kalau saya salah, tolong dikoreksi ya.

Kira-kira diawal tahun 2006, pacar atau ttm saya waktu itu memutuskan hubungan secara tiba-tiba. Tidak kira-kira, dia memutuskan saya di hari ulang tahun saya. Sebenarnya mungkin kalau ditelaah kembali, waktu itu saya dan dia memang sedang berada di mood yang kacau. Sehingga keputusan untuk putus mungkin bisa datang karena impuls saja. Karena saya merasa seperti itu, saya berusaha menghubungi dia dan "try to patch things up". Tetapi berulang kali saya coba hubungi via telpon, via e-mail, via temannya, semua seakan tidak digubris. Bahkan saya berbicara lewat karya-karya fotografi saya (yah yang sangat amatiran itu) kepada beliau, untuk menarik secuil simpati. Tetapi sungguh, saya merasa saya hanya sekedar semut kecil. Sebagai semut kecil, saya merasa sangat suicidal. Waktu itu tiba-tiba saya punya kekuatan untuk mengakhiri hidup saya. Saya mulai tidak punya nafsu makan, rambut saya mulai rontok, dan saya malasnya minta ampun untuk kerja. Saya mulai suka menangis dipagi hari sebelum kerja, dan sesudah kerja. Saya suka terbangun jam 3 pagi hanya untuk melihat plafond diatas tempat tidur saya. Dan saya benar-benar tidak punya rasa apapun untuk yang namanya mahluk pria. Halah! Klise memang, tapi ini salah satu pelajaran hidup yang saya treasure sekarang.

Satu hal yang mungkin bisa saya bagi sekarang, konyolnya bila diingat lagi, dia memutuskan saya karena memang bagi dia saya ini cuma selingkuhan saja. Saya berikan segalanya yang ternyata selama itu dia telah menduakan cinta saya. Dan yang lebih bodohnya, kata putus itu terlontar dari dia dan bukan saya. Dan lebih lebih bodohnya, yang mengejar untuk kembali bersama adalah saya. Gila betul ya, saya memang bodoh sekali waktu itu.

Setelah setahun lebih saya menjadi monster pembenci hidup dan pria, saya akhirnya menjadi lebih kuat dan sinis melihat cinta. Saya mulai menjadi sarkastis melihat segala aspek. Walau sebenarnya saya masih percaya dengan mukjizat cinta. Dan memang, Tuhan menekan tombol “percaya cinta” kembali dalam diri saya. Sehingga saya bisa berdiri dan mencintai kembali seseorang.

Tiba-tiba, jreng jreng, si lelaki brengsek mengirim e-mail yang isinya ingin kembali bersama dengan saya. Waduh! Dengan kata-kata “Tidak ada wanita yang se-passionate, sebaik dan se-setia seperti kamu” dia berusaha mendapatkan saya kembali. Waktu saya baca itu, saya tertawa. Bahagia rasanya karena sudah impas sekarang. Sakit yang saya lalui dulu dibayar lunas dengan keinginan dia untuk kembali. Waktu membaca e-mail itu, saya ingin sekali menulis “Kemana aja lo nyet? Sekarang aja elo nyari-nyari gue. Bah, basi kau!”. Tetapi saya cuma menjawab “Sorry, I am in a committed relationship now. And I think I don’t have to tell you in details about my life.” Haduh saat membaca kembali balasan saya itu, saya merasa menjadi manusia paling keren di dunia. Dan seakan merasa sangat malu, si lelaki brengsek itu pun menjawab “Beruntung sekali pria itu.” Cuma urat malunya bertahan sebentar, karena beberapa kali dia berusaha menghubungi. Semakin dia menghubungi, semakin impas rasanya bagi saya. Saya menemukan kesenangan tersendiri untuk menganggap dia tidak ada, sama seperti dulu dia tidak menganggap saya ada.

Ah Tuhan itu maha adil bukan begitu? Sesakitnya mungkin luka yang saya hadapi dulu, ternyata Tuhan tidak menutup mataNya. Dan itu dibayar lunas dengan hukuman yang Tuhan berikan kepada si lelaki brengsek itu. Seperti kata teman baik saya “Girl, it is his lost if he treated you so bad.” Itu menjadi derita dia karena telah kehilangan saya.

Karma atau bukan mungkin saya tidak tahu. Yang pasti kisah ini selalu menjadi pembatas buku bagi saya untuk mengingatkan saya bahwa Tuhan itu maha adil. Atau seperti kata seseorang; ada sebab dan ada akibat. Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai.

© frettyaulia, 25.03.2008

March 24, 2008

sudut sudut kamar mandi

Ketika saya sedang stress atau banyak pikiran tidak menentu bertengger di kepala, saya selalu bersembunyi di kamar mandi. Sejak masih abg, saya akan lama sekali berjongkok di atas toilet. Walau waktu itu saya belum merokok dan walaupun mungkin saya tidak sedang buang air besar , tapi saya menemukan kenyamanan berjongkok lama di atas toilet. Kebiasaan itu semakin menjadi-jadi, sejak rumah saya direnovasi dan toilet jongkok berubah menjadi toilet duduk. Dari kamar mandi yang kecil dengan ubin keramik warna biru gelap berubah menjadi kamar mandi seluas kurang-lebih 3m2 dengan keramik warna krim susu yang permukaannya seperti batu alam. Mungkin karena luas, warna kamar mandi baru ini, membuat saya suka menyikat kamar mandi ini. Sehingga dari yang suka berjongkok lama-lama ketika stress, saya punya outlet baru.

Sambil mendengarkan lagu yang saya pasang melalui radio yang saya bawa ke kamar mandi, atau handphone saya (yang akhir-akhir ini sering melantunkan lagu-lagu mas-mas Radiohead) saya pasti akan menyikat kamar mandi kalau saya sedang kalut berat. Atau duduk diatas wastafel yang tepat didepannya ada cermin besar sambil merokok sebatang. Atau yang ekstrim, ngejogrok dibawah deras shower sambil mencuri-curi merokok. Lucu saya tiba-tiba ingat, kadang saya juga sok-sokan jadi superstar kalau tidak ada rokok atau kamar mandi habis disikat pembantu. Saya akan lari kesana kemari, lompat tinggi-tinggi, dan teriak-teriak seperti habis kemalingan – yah biasalah.. “ngarep” jadi bintang.

Biasanya setelah menyikat kamar mandi, atau duduk diatas wastafel dan merokok atau terjangkit sindrom superstar, barulah saya menghampiri keran shower saya untuk mandi. Dan biasanya kacamata saya itu masih “on” didepan mata. Sehingga tidak sekali dua kali, saya mendapati diri saya masih memakai kacamata dibawah aliran shower. Dan dikala saya sadar, kacamata saya itu membuat saya tertawa. Atau setidaknya tersenyum. Walau hanya untuk sesaat, saya lega bisa lepas dari pikiran-pikiran saya yang tidak menentu.

Jadi kalau mau tahu isi pikiran saya yang tidak menentu, resapi saja kamar mandi saya. Seandainya Tuhan mengizinkan sudut-sudut itu berbicara sekehendak mereka, mereka pasti akan berbicara banyak hal. Dari yang memalukan, sampai yang menitikan air mata.

© frettyaulia, 24.03.2008

mica tanto

you led me to believe yet you broke your own words.
so i gather up the pieces of little holes that i thought i would never have.
i am back at the similar crossroad i used to face.

mi fa insospettire quando tu dici bugie.
mi fa male.
non ne voglio piu'.
non ne posso piu'.

© frettyaulia, 24.03.2008

March 18, 2008

(buka kacamata anda saat membaca ini)

Minggu kemarin, saat berada didalam gereja, saya mendapati diri saya bertanya dalam hati pertanyaan mendasar soal iman saya. Soal apa yang tidak saya lihat namun saya percaya. Saya sedari kecil adalah penganut Kristen. Terus terang, saya pernah mengalami gejolak mengapa saya ada disini sebagai Kristen, apakah hanya karena "meneruskan" apa yang orang tua saya yakini. Saya dulu meyakini gejolak itu sudah berakhir dengan cara pandang saya yang baru. Lalu tiba-tiba saya mendapati saya berada dalam gejolak itu kembali. Saya mempertanyakan siapa itu Tuhan. Kadang saya mendapati hati dan akal budi saya berbenturan saat mendalami siapa itu Tuhan. Ada dimensi soal Tuhan yang saya tidak mengerti. Ada yang bilang logika manusia tak akan pernah sama dengan logika Tuhan. Maksudnya dimensi Tuhan yang Maha Agung, tak akan pernah sama dengan dimensi manusia. Ada peraturan yang hanya berlaku untuk Tuhan dan tak bisa di-adjust untuk manusia. Kalau kasarnya; "otaknya manusia kagak nyampe brai!". Yang saya menjadi tidak mengerti lalu apa fungsi akal budi yang Tuhan berikan kepada saya kalau ternyata ada dimensi yang ditakdirkan tidak akan bisa saya mengerti? Dulu waktu saya kecil, saya tak punya banyak teman, saya termasuk loner. Dan dalam kesendirian saya bermain, sering terlintas dikepala saya mengapa saya lahir sebagai manusia dengan akal budi. Kenapa saya lahir sebagai manusia yang kompleks. Kenapa bukan menjadi anjing kecil yang lucu, yang kerjanya cuma bermain, dibelai sayang oleh pemiliknya dan tak akan pernah pusing soal besok ke kantor naik apa. Bukannya saya menghina Tuhan, saya hanya bertanya. Saya bukan manusia religius, yang kuat tahan godaan. Saya masih sangat berdosa (banget). Tapi saat saya berdoa, ada rasa malu yang tidak bisa saya tutupi. Malu karena dengan dosa saya, saya masih berani meminta. Mungkin saat ini juga saya malu, karena saya menyuarakan pertanyaan saya secara berani soal iman saya kepada Tuhan. Namun biarkanlah ini menjadi sebuah sharing. Dan saya harap anda tidak menghakimi saya hanya karena saya bertanya atau hanya karena saya bingung.
© frettyaulia, 18.03.2008