March 25, 2008

ini karma apa bukan ya?

Waduh. Ada cerita yang mungkin menarik buat saya bagi di blog ini. Saya mau berbagi sesuatu yang berhubungan dengan karma. Saya tidak tahu apa itu arti karma. Yang saya mengerti selama ini pengertian soal karma adalah what you throw is what you gonna get. Jadi kalau saya melempar batu ke seseorang, yah suatu hari nanti ada seseorang yang akan melempar batu itu kembali. Atau kalau saya dilempar batu, pasti suatu hari nanti orang yang melempar batu akan dilempari batu yang sama. Kira-kira seperti itulah konsep saya soal karma. Kalau saya salah, tolong dikoreksi ya.

Kira-kira diawal tahun 2006, pacar atau ttm saya waktu itu memutuskan hubungan secara tiba-tiba. Tidak kira-kira, dia memutuskan saya di hari ulang tahun saya. Sebenarnya mungkin kalau ditelaah kembali, waktu itu saya dan dia memang sedang berada di mood yang kacau. Sehingga keputusan untuk putus mungkin bisa datang karena impuls saja. Karena saya merasa seperti itu, saya berusaha menghubungi dia dan "try to patch things up". Tetapi berulang kali saya coba hubungi via telpon, via e-mail, via temannya, semua seakan tidak digubris. Bahkan saya berbicara lewat karya-karya fotografi saya (yah yang sangat amatiran itu) kepada beliau, untuk menarik secuil simpati. Tetapi sungguh, saya merasa saya hanya sekedar semut kecil. Sebagai semut kecil, saya merasa sangat suicidal. Waktu itu tiba-tiba saya punya kekuatan untuk mengakhiri hidup saya. Saya mulai tidak punya nafsu makan, rambut saya mulai rontok, dan saya malasnya minta ampun untuk kerja. Saya mulai suka menangis dipagi hari sebelum kerja, dan sesudah kerja. Saya suka terbangun jam 3 pagi hanya untuk melihat plafond diatas tempat tidur saya. Dan saya benar-benar tidak punya rasa apapun untuk yang namanya mahluk pria. Halah! Klise memang, tapi ini salah satu pelajaran hidup yang saya treasure sekarang.

Satu hal yang mungkin bisa saya bagi sekarang, konyolnya bila diingat lagi, dia memutuskan saya karena memang bagi dia saya ini cuma selingkuhan saja. Saya berikan segalanya yang ternyata selama itu dia telah menduakan cinta saya. Dan yang lebih bodohnya, kata putus itu terlontar dari dia dan bukan saya. Dan lebih lebih bodohnya, yang mengejar untuk kembali bersama adalah saya. Gila betul ya, saya memang bodoh sekali waktu itu.

Setelah setahun lebih saya menjadi monster pembenci hidup dan pria, saya akhirnya menjadi lebih kuat dan sinis melihat cinta. Saya mulai menjadi sarkastis melihat segala aspek. Walau sebenarnya saya masih percaya dengan mukjizat cinta. Dan memang, Tuhan menekan tombol “percaya cinta” kembali dalam diri saya. Sehingga saya bisa berdiri dan mencintai kembali seseorang.

Tiba-tiba, jreng jreng, si lelaki brengsek mengirim e-mail yang isinya ingin kembali bersama dengan saya. Waduh! Dengan kata-kata “Tidak ada wanita yang se-passionate, sebaik dan se-setia seperti kamu” dia berusaha mendapatkan saya kembali. Waktu saya baca itu, saya tertawa. Bahagia rasanya karena sudah impas sekarang. Sakit yang saya lalui dulu dibayar lunas dengan keinginan dia untuk kembali. Waktu membaca e-mail itu, saya ingin sekali menulis “Kemana aja lo nyet? Sekarang aja elo nyari-nyari gue. Bah, basi kau!”. Tetapi saya cuma menjawab “Sorry, I am in a committed relationship now. And I think I don’t have to tell you in details about my life.” Haduh saat membaca kembali balasan saya itu, saya merasa menjadi manusia paling keren di dunia. Dan seakan merasa sangat malu, si lelaki brengsek itu pun menjawab “Beruntung sekali pria itu.” Cuma urat malunya bertahan sebentar, karena beberapa kali dia berusaha menghubungi. Semakin dia menghubungi, semakin impas rasanya bagi saya. Saya menemukan kesenangan tersendiri untuk menganggap dia tidak ada, sama seperti dulu dia tidak menganggap saya ada.

Ah Tuhan itu maha adil bukan begitu? Sesakitnya mungkin luka yang saya hadapi dulu, ternyata Tuhan tidak menutup mataNya. Dan itu dibayar lunas dengan hukuman yang Tuhan berikan kepada si lelaki brengsek itu. Seperti kata teman baik saya “Girl, it is his lost if he treated you so bad.” Itu menjadi derita dia karena telah kehilangan saya.

Karma atau bukan mungkin saya tidak tahu. Yang pasti kisah ini selalu menjadi pembatas buku bagi saya untuk mengingatkan saya bahwa Tuhan itu maha adil. Atau seperti kata seseorang; ada sebab dan ada akibat. Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai.

© frettyaulia, 25.03.2008

0 c o m m e n t s: