March 10, 2008

macet, naik ojek, capek deh!

Haduh haduh Jakarta itu memang biangnya macet. Gila bener! Keblenger saya dijalan Senin pagi hari ini. Di jalan baru terusan Casablanca, mulai Cawang sampai Tebet, yang saya lihat cuma lautan mobil yang semuanya diam ditempat. Sama sekali tidak bergerak. Se-1-cm pun tidak. Saya yang tadinya enak-enakan tidur dimobil, jadi panik karena mau sampai kantor jam berapa kalau begini ceritanya?! Akhirnya saya ambil inisiatif untuk berhenti didepan kompleks perumahan Gudang Peluru, berjalan dengan ayah saya sampai stasiun kereta api Tebet lalu naik ojek. Nego sana sini, akhirnya saya harus membayar Rp 25,000 dari Tebet sampai Sudirman. Ah gila betul, sama seperti naik taksi tarif baru saja. Tapi apa mau dikata, wong macet gila begini. Saat jalan dengan pak ojek, saya baru tahu kalau kemacetan itu sudah bermula dari pukul 6 pagi. Waktu saya tahu ternyata kemacetan itu sudah terjadi dari jam 6 pagi, ada rasa sedikit lega. Setidaknya saya yang berangkat siang dengan yang berangkat pagi sampai ditujuan diwaktu yang sama. Untung di saya karena sempat berleha-leha dulu diatas kasur yang empuk. Lalu ditengah-tengah lalu-lalang lalu lintas (banyak sekali kata lalu-nya) tiba-tiba saya teringat oleh berita di radio yang saya dengar tadi di mobil, kalau jalan tol dari Slipi ditutup. Pantas saja akhirnya sepanjang jalan baru terusan Casablanca ini juga ikut-ikutan macet. Bayangkan satu jalan lalu lintas ditutup, semua lalu lintas akhirnya kacau balau. Aparat yang keparat!
Ah tapi itu belum seberapa keparatnya dibanding perbincangan saya dengan tukang ojek. Bapak ojek ini, tiba-tiba bertanya soal pacar saya! Saya kaget berat waktu dia bertanya soal itu. Lebih kaget lagi ketika dia dengan seenaknya menilai saya hanya dari penampilan muka saya. Saya tidak tahu darimana datangnya perkataan kalau muka kecil pasti muka kolokan dan manja. Dan saya pun tidak mengerti bagaimana pula bapak ojek ini menilai muka saya itu muka kecil. Wong dia saja baru melihat saya pagi itu, dan bagaimana mungkin dia bisa mengobservasi muka saya dan mengelompokan muka saya sebagai muka yang kecil! Dari bertanya soal pacar ke muka kecil, saya tidak menemukan juntrungannya, maka saya bertanya apa maksud bapak ini untuk menilai saya sekenanya lalu tiba-tiba bertanya soal pacar saya. Ternyata dia mau tahu jenis muka pacar saya dan kecocokannya dengan saya. Walah! Buat apa coba dia mau tahu? Memangnya dia wali saya nanti? Lagian darimana datangnya hak pak ojek ini untuk menilai saya dan pacar saya? Haduh haduh, memang benar the old saying itu; tak kenal maka tak sayang. Jadilah sepanjang perjalanan itu saya jadi mutung berat karena kesoktahuan pak ojek. Bahkan pas turun dari motornya, saya langsung bayar dan malas untuk tersenyum manis.
Sigh..
Untungnya, ditengah-tengah kemacetan lalu lintas dan pak ojek yang sotoy, tiba-tiba ada telpon masuk dari pacar. Ah...senangnya...
© frettyaulia, 10.03.2008

2 c o m m e n t s:

miss_e said...

cie pacar..dapet oleh2 apa dari surabaya?hihihii...

cheapdrunk said...

oleh2nya bebek goreng dari sidoarjo..ah kamu aku jadi malyu nih!