March 12, 2008

simply ribet!

Kata seorang pendeta, agaknya sulit bagi orang pandai untuk menerima konsep yang dianggap logika tidak masuk akal atau keluar dari jalur yang "seharusnya". Contoh; bagi orang pandai, 1+1 = 2. Dan agak sulit bagi mereka untuk menerima bahwa 1+1 = 1, atau 1+1 = 3. Mungkin bagi pendeta saya, konsep "pandai" dalam kata "orang pandai" yang ia gunakan merujuk pada kepandaian atas dasar pengetahuan yang diajarkan atau pengetahuan secara matematis. Pengetahuan yang sangat universal yang bahasanya memang sudah saklek. Sehingga 1+1 akan selalu sama dengan 2. Dan ketika ada pilihan bahwa 1+1 bisa sama dengan 3, sulit untuk diterima. Sehingga pendeta saya pun dengan sinisnya berkata bahwa hanya orang bodoh bisa sangat terbuka pikirannya. Karena menurut beliau, sistem logika mereka yang dibiarkan terbuka. Atau secara sederhana karena mereka tidak tahu banyak hal. Yah, memang kalau terlalu banyak tahu akibatnya bisa fatal.

Perkataan pendeta saya ini cukup membuat saya tertawa. Sinisnya karena perkataan beliau betul. Saya ingat, dulu saya pernah menulis panjang lebar mengapa saya punya kecenderungan mempersulit masalah. Dari terminologi Pak Pendeta, saya jadi terpancing untuk membuat klasifikasi saya sendiri. Bahwa ada orang pandai, dan ada orang yang terbuka. Bukan orang pandai dan orang bodoh. Karena bagi saya karakter kebodohan itu milik mereka yang tidak peduli dan ignorant dengan apapun yang terjadi. Sementara orang terbuka, mereka yang terlalu peduli, terlalu ingin tahu, terlalu terbuka, dan terlalu bisa untuk melihat semua hal dari dua sisi yang berbeda. Orang terbuka belum tentu pandai, tapi orang pandai pasti bukan orang terbuka. Karena orang pandai mempunyai kecenderungan mempermudah masalah. Dan orang terbuka, bagi saya mempunyai nama lain; yaitu orang ribet! Tunggu jangan bantah dulu, ini hanyalah teori saya. Yang berlaku cuma buat saya saja kok.

Anyway, menurut saya orang terbuka, alias orang ribet, alias kompleks, alias "misunderstood", adalah orang-orang yang berani melompat ke berbagai sisi yang berbeda yang sering membuat mereka sendiri bingung. Karena keterbukaan mereka untuk melihat kesegala hal, untuk mempelajari ini dan itu, dan ketertarikan mereka untuk selalu peduli. Tidak bertanya, katanya, pasti akan sesat dijalan. Ah siapa sangka kalau di era sebebas dan seliberal sekarang, ternyata banyak bertanya pun bisa tersesat dijalan. Karena banyak pilihan yang terletak diatas meja, membuat kita menjadi bingung mau memilih yang mana. Sama seperti kalau saya pergi ke Bali. Terlalu banyak hasil kerajinan tangan yang sangat menawan dihati, sehingga ketika ingin membeli jadi bingung mau pilih yang mana. Dan sulit bagi saya, untuk tidak membeli semuanya. Yang akibatnya, uang jadi kandas padahal baru satu hari jalan. Sama mungkin dengan terlalu banyak tahu, atau terlalu liberal, jadinya otaknya jadi kandas. Alias kecapekan. Bahkan lebih gilanya, tidak cuma otak yang kandas, tapi hati terasa lebih sempit. Karena galerinya dan perpustakaannya sudah kepenuhan! Yang bukan masalah dijadikan masalah, simply ribet jadinya!

Lalu bagaimana dong? Kalau kata seseorang ke saya, layaknya mungkin dibutuhkan sebuah filter. Jadi sisi mana yang tidak perlu dilihat atau dikaji, ya dibuang saja. Dan sisi yang perlu dilihat harus dikaji dalam-dalam. Tidak semua nasehat yang masuk itu bisa sesuai dengan apa yang kita percayai. Dan tidak semua kejadian itu menjadi sebuah pertanda bagi kehidupan kita. Dan terutama, tidak semua orang yang harus kita puaskan hatinya. Harus selalu ada pro dan kontra. Dibutuhkan keberanian untuk bisa men-delete sisi-sisi yang tidak diperlukan. Walau terasa sulit sekali melakukan itu. Curiganya itu terasa sulit karena kita terlalu menilai semua hal berharga, sampai ke hal-hal printilan, sehingga rasanya sulit untuk menilai mana yang berharga dan tidak. Karena kacamatanya 3D, pandangan pun jadinya kabur. Sesekali, rasanya perlu melihat banyak hal dari kacamata 2D. Bukan berarti jadinya saklek terhadap semua kemungkinan yang ada. Yah intinya, harus bisa menjadi idealis yang pragmatis. Ya gak?

(hum…kelamaan menulis subjek ini, bisa-bisa saya jadi ribet juga! Karena tergiur untuk bicara lebih banyak lagi…tuh kan belum apa-apa sudah kambuh ribetnya!)

© frettyaulia, 12.03.2008

2 c o m m e n t s:

prabhamwulung said...

Ada yang berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya".
Orang yang percaya adalah orang yang kadang meragukan imannya juga, tak terkecuali. Namun selalu dalam kerendahan hati. Itu yang terjadi pada Gandhi, pada Bunda Theresa, pada Buddha Gautama, pada Muhammad, pada Yesus

cheapdrunk said...

waduh bham bham...baru aja semalaman ampe jam 3 bicara soal ini...you have a point there bham, saya sedang bergulat dengan kekalutan saya soal iman saya, hum nanti deh curhat2 lebih panjangnya :)